1. Kecemburuan yang Mengakibatkan Buruk Sangka
Wahai yang mengintip kematiannnya
buah kematian yang bergetar di tangannya
kuguyurkan lelehan darahnya ke butir-butir embun pagi
seperti cinta yang terguyur saat pertemuan bibir kami
kukalungkan pedang dibatang leehernya yang jenjang
dan air mataku menetes di pipinya yang kemerahan
sandalnya loembut menginjak butir-butir embun basah
tiada yang lebih indah daripada sandal kekasih
apa pun yang terjadi dia telah meninggal dunia
aku tak akan menangis jika tanah menimbunnya
aku tak rela jika ada orang lain menikmati keelokannya
aku tak akan pernah rela jika pemuda itu selalu memandangnya
2. Menyenangi Apapun yang Menyenangkan Orang yang Dicintai
Hawa nafsuku berhenti karena kehadiranmu
ku tak berani mendahulukan atau mengakhirinya
kau tundukan aku dan kutundukan diriku
hingga tiada lagi orang yang menghinakanmu
kau laksana musuhku namun ku tetap mencintai mereka
kedudukanmu di mataku seperti kedudukan mereka jua
Mencintai dirimu adalah sebuah kebahagiaan
aku tak peduli dengan orang-orang yang menghinakan
Jika ada yang mencemooh karena cintaku padamu
aku akan tetap bahagia dengan perasaan yang ada dihatiku
3. Limpa Ikut Berbicara
Mata menganggap hati menimpakan derita
hatilah yang telah memaksakan kehendaknya
namun tubuh menjadi saksi atas kedustaan mata
bencana hati memang berasala dari air mata
andai kata tidak karean mata tak kan ada derita
hati tak kan terkapar menjadi korbannya
limpa merana sebagai korban yang teraniaya
karena hati dan mata tidak tunduk kepada Pencipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar